Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi, sebelumnya Kominfo) kembali menggulirkan harapan baru bagi masyarakat: internet murah dengan kecepatan hingga 100 Mbps seharga hanya Rp100.000 per bulan. Rencana ini akan dimulai dengan lelang pita frekuensi 1,4 GHz untuk mendukung layanan broadband tetap berbasis fixed wireless access (FWA).
Apakah ini benar-benar solusi? Atau hanya omon-omon?
Apa yang Akan Dilelang?
Komdigi akan melelang pita frekuensi 1,4 GHz untuk layanan internet tetap (bukan seluler). Frekuensi ini rencananya digunakan untuk membangun infrastruktur last mileโyaitu koneksi langsung dari pemancar ke rumah atau kantor pelanggan.
- ๐ถ Bukan untuk HP langsung โ frekuensi ini tidak umum dipakai smartphone.
- โ Butuh modem/router khusus, seperti Orbit Telkomsel, XL Home Wireless, dll.
- ๐ก Bisa jangkau area luas, bahkan pelosok, karena frekuensinya rendah.
Bersaing Dengan Siapa?
Layanan berbasis 1,4 GHz ini jelas diarahkan untuk bersaing langsung dengan:
1. Fiber Optik
- Stabil, cepat, tapi mahal dan terbatas jangkauannya.
- Jika 1,4 GHz berhasil, maka bisa jadi alternatif murah di luar jangkauan fiber.
2. Starlink
- Bisa digunakan di mana saja, tapi sangat mahal (perangkat & langganan).
- Frekuensi 1,4 GHz bisa jadi solusi lebih terjangkau bagi masyarakat luas.
3. FWA Saat Ini (Orbit, XL Home, dll)
- Sudah hadir tapi seringkali dibatasi kuota.
- 1,4 GHz menjanjikan cakupan lebih luas dan kecepatan tinggi.
Tapi, Kalau Masih Pakai Kuota?
๐จ Ini poin kritis. Jika layanan ini masih menggunakan sistem kuota, maka semua harapan itu akan sia-sia.
Bayangkan: kecepatan 100 Mbps, tapi cuma dapat 10GB? Percuma. Belum sempat streaming YouTube HD 1 jam sudah habis.
Solusi Seharusnya:
- ๐ Tanpa kuota atau setidaknya FUP sangat besar (500GBโ1TB).
- ๐ฐ Harga flat Rp100.000 sebulan tanpa biaya tambahan.
- ๐ง Tanpa jebakan kecepatan tinggi di awal lalu pelan di belakang.
Jika tidak seperti itu, maka layanan ini hanya akan menjadi paket data versi baru, bukan broadband sejati.
Harapan Untuk Regulasi
Jika pemerintah serius ingin menciptakan keadilan digital, maka:
- Harus ada regulasi standar minimum layanan,
- Ada batas maksimal tarif dan kewajiban jangkauan hingga pelosok,
- Serta pengawasan agar operator tidak menyiasati dengan kuota kecil.
Kesimpulan
Internet cepat dan murah adalah hak masyarakat, bukan sekadar janji. Rencana pelelangan frekuensi 1,4 GHz adalah langkah besar menuju itu. Tapi implementasinya harus berpihak pada rakyat:
โ
Harga murah
โ
Tanpa sistem kuota / unlimited
โ
Jangkauan luas
โ
Stabil untuk kebutuhan sehari-hari (belajar, kerja, hiburan)
Jika semua itu terpenuhi, maka 100 Mbps Rp100.000 bukan sekadar mimpiโtapi revolusi digital nasional yang sesungguhnya.
Kemandirian jaringan internet nasional bisa benar-benar terwujud jika layanan ini direalisasikan dengan kecepatan stabil 100 Mbps, harga terjangkau Rp100.000, dan tanpa batasan kuota. Dengan akses luas dan merata, masyarakat tidak lagi bergantung pada infrastruktur asing atau jaringan mahal, melainkan dapat menikmati koneksi cepat yang mendorong produktivitas, pendidikan, dan pertumbuhan ekonomi serta teknologi digital dari desa hingga kota.
Jika anda ingin beli atau isi kuota internet murah all operator silahkan ke menu Top Up.
Catatan:
Informasi tentang lelang, kecepatan internet dan harga kami dapat dari beberapa situs berita terpercaya.
sumber : Kompas
๐ Tags: internet murah, kuota murah, fixed wireless, kominfo, 1.4 GHz, lelang frekuensi, broadband, orbit, fiber optik, starlink